TOKYO/SYDNEY (Reuters) – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan mitranya dari Australia, Scott Morrison, berbagi keprihatinan serius atas berbagai langkah di Laut Cina Timur dan Selatan dalam pertemuan video mereka pada Kamis (9 Juli), kata seorang juru bicara pemerintah Jepang.
Ditanya pada briefing media apakah kekhawatiran kedua pemimpin yang diungkapkan dalam pertemuan itu diarahkan ke China, Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Naoki Okada menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Australia juga tidak memilih negara tertentu, meskipun pertemuan itu terjadi setelah beberapa insiden yang melibatkan China.
“Mereka menyatakan keprihatinan serius tentang perkembangan negatif baru-baru ini di Laut Cina Selatan, termasuk militerisasi fitur sengketa yang berkelanjutan, penggunaan kapal penjaga pantai yang berbahaya dan koersif, dan ‘milisi maritim’,” bunyi pernyataan pemerintah Australia.
Pada bulan April, Vietnam mengajukan protes resmi dengan China menyusul tenggelamnya sebuah kapal nelayan Vietnam yang katanya telah ditabrak oleh kapal pengintai maritim China di dekat pulau-pulau di Laut China Selatan yang disengketakan.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan yang kaya energi, dalam “sembilan garis putus-putus” berbentuk U pada petanya yang tidak diakui oleh tetangganya, beberapa di antaranya memiliki klaim yang tumpang tindih.
Amerika Serikat menuduh China mendorong kehadirannya di Laut China Selatan sementara negara-negara penggugat lainnya disibukkan dengan pandemi virus korona.